“Oi, bengong aja lo!”
“Ah, elo Rio! Ngagetin aja!”
“Lah lo siang-siang gini malah bengong. Nggak ikut yang
lain makan siang di kafe yang baru buka itu?”
“Nggak ah, bokek nih
gue. Gue abis beli handphone baru. Gara-gara handphone lama gue rusak berat.
Kagak bisa diservis!”
“Kasihan amat lo wkwk!”
“Sialan lo!”
“Eh, bagus juga gambar lo! Lo pernah belajar gambar dulu?”
“Dulu waktu SMA, gue pernah ikut ekskul Jepang. Nah, di
ekskul itu gue ngambil bidang Bahasa Jepang dan Manga. Lo tau manga, kan?”
“Tau lah. Gue juga demen baca manga alias komik Jepang!”
“Tumben lo langsung tau.”
“Ah, kampret lo! Eh, bikinin gue gambar dong! Gambarin muka
gue versi manga hehe.”
“Duh gimana ya... ini aja gue iseng-iseng gambar. Gue udah
lama nggak gambar. Tangan gue udah kaku.”
“Alah, nggak usah bagus-bagus banget lah.”
(Ting-tong)
Tiba-tiba handphone si Rio berbunyi. Dia langsung
cepat-cepat membuka pesan yang masuk.
“Eh, gue duluan ya? Udah pada ditungguin yang lain nih. Jangan lupa gambar muka gue! Oke?“
“Iya iya, udah pergi jauh-jauh sono!”
“Ah, judes amat lo kayak nenek-nenek!”
Rio pun segera meninggalkan ruangan kantor. Dia memang
paling semangat kalau ngomongin kuliner, terutama kalau ada kafe atau warung
yang baru buka. Dia pecinta kuliner sejati.
***
Entah mengapa hari ini aku tidak semangat bekerja. Saat jam
istirahat pun aku malah menggambar tidak jelas. Sudah lama rasanya tidak
corat-coret buku catatan seperti ini. Jadi ingat masa-masa SMA dulu. Ah, aku sebenarnya tidak ingin mengingat masa-masa SMA. Lebih
banyak hal yang pahit daripada manisnya, haha.
Ah, maaf ya tadi kami berbicara dengan bahasa “lo-gue”. Yah,
mau bagaimana lagi, sekarang aku bekerja di perusahaan penerbitan terkenal di
Jakarta. Mau tidak mau aku harus menyesuaikan diri dengan budaya dan bahasa
yang dipakai di sini. Padahal aku aslinya orang Jawa Timur yang biasa ngomong cak
cuk cak cuk, haha. Salam kenal, ayas kera Ngalam asli.
"Dek Alfa!"
Tiba-tiba ada seseorang yang memanggilku.
"Oh, iya pak!"
Ah, ternyata itu adalah Pak Mahmud, salah satu editor di kantorku.
"Ini, dek. Ini ada skrip yang harus diterjemahkan. Nanti kamu kerjakan kalau sudah selesai jam makan siang, ya?"
"Siap, pak! Ngomong-ngomong ini bahasa apa, pak?"
"Itu bahasa Jepang, keahlianmu."
"Oh bahasa Jepang, jangan ditanya kalau itu pak. Nanti saya selesaikan secepatnya."
"Mantap, selamat bekerja, ya!"
"Oke, pak!"
***
Aku sudah merantau di Jakarta kurang lebih 2 tahun. Setelah
lulus kuliah, aku diterima di sebuah perusahaan penerbitan terkenal di
Jakarta. Pekerjaanku adalah menerjemahkan teks-teks berbahasa asing. Aku
menguasai Bahasa Jepang, Inggris, dan Mandarin.
Tapi, aku lebih banyak mendapat pekerjaan menerjemahkan teks berbahasa
Jepang dan Inggris. Teks Bahasa Mandarin cuma pernah 2 kali. Ngomong-ngomong, pekerjaanku ini tidak ada hubungannya dengan kuliahku dulu. Aku
sebenarnya lulusan Hubungan Internasional yang gelarnya Sarjana Ilmu Politik .
Harusnya sih ilmuku lebih bermanfaat jika aku bekerja di Kemenlu atau LSM internasional. Tapi, entah kenapa aku
tidak tertarik sama sekali, hehe.
***
Entah kenapa waktu terasa berjalan begitu lambat. Jam
istirahat yang cuma 1 jam pun menjadi terasa begitu lama. Tidak terasa buku
catatanku sudah penuh dengan coretan tanganku. Gambarku ternyata masih bagus
seperti dulu. Hanya terasa sedikit kaku saja, tidak sealami dulu waktu masih
kuliah.
“Aaaahhhh... hari ini
rasanya membosankan sekali. “
Aku meregangkan badanku kuat-kuat. Badanku rasanya penat sekali.
Aku melihat sekelilingku. Suasana kantor selalu sepi seperti
biasa.
Wajar sih. Itu karena kantor ini dipenuhi para editor yang
hampir selalu bertugas di luar. Para editor itu biasanya mengadakan pertemuan
dengan para penulis atau komikus di luar kantor. Atau biasanya... mereka
mengejar-ngejar para penulis atau komikus yang sudah mendekati waktu deadline. Hihihi,
mirip cerita-cerita di komik Jepang. Oh iya, aku belum bilang ya kalau
perusahaan kami juga menerbitkan komik? Perusahaan kami menerbitkan komik lokal
dan komik asing. Sebenarnya aku sangat ingin bekerja menerjemahkan komik asing,
tapi entah mengapa aku tidak ditempatkan di sana.
(Ting-tong)
Kali ini giliran handphoneku yang berbunyi.
Kulihat ada pesan yang masuk. Nama Pengirimnya adalah Andi.
“Hah, Andi? Ada apa tiba-tiba dia mengirim pesan padaku? Tidak biasanya...” gumamku bertanya-tanya.
Aku segera membuka pesan yang masuk itu.
Hei, Alfa! Gimana
kabarmu sekarang?
Kudengar Risa dari kelas kita akan menikah bulan depan.
Kamu sudah dengar kabar soal itu?
Lama nggak ketemu tiba-tiba udah mau nikah aja XD
Kudengar Risa dari kelas kita akan menikah bulan depan.
Kamu sudah dengar kabar soal itu?
Lama nggak ketemu tiba-tiba udah mau nikah aja XD
Aku hanya diam terpaku.
Pikiranku seketika kosong.
“Risa menikah?”
(bersambung)
Comments
Post a Comment