Dia adalah teman sekelasku semasa kuliahku dulu. Sudah lama aku tidak mendengar kabar darinya. Tahu-tahu sekarang dia sudah mau menikah bulan depan. Waktu memang berlalu cepat sekali.
Bukan begitu...
Risa bukanlah sekedar teman bagiku. Dia adalah wanita yang dulu pernah kucintai semasa kuliah. Dia adalah orang spesial yang pernah singgah di hatiku.
Tidak, itu juga bukan...
Mungkin, sampai sekarang aku masih mencintainya.
Aku berkata ‘mungkin’ karena aku masih merasakan sesuatu saat mengetahui kabar tentang Risa setelah sekian lama tak bertemu. Terutama ketika aku tahu bahwa dia akan menikah. Itu membuatku sangat syok.
***
“Pak, ini skrip yang tadi sudah selesai saya terjemahkan.”“Wah, kerjamu memang cepat. Terima kasih banyak ya, dek Alfa.”
“Sama-sama, pak.”
“Oh, sekarang sudah hampir jam 4, ya? Kamu boleh siap-siap pulang, deh.
Toh, sudah tidak ada pekerjaan lagi dan kantornya sudah sepi dari tadi.”
“Baik, pak. Saya permisi kalau begitu.”
***
Terdengar suara klakson di mana-mana, menambah rasa penat yang menumpuk hari ini.Aku selalu benci suasana Jakarta yang macet saat jam pulang kerja. Perasaan tidak bisa segera beristirahat setelah kepenatan selama seharian membuatku muak dengan kondisi ini. Terkadang aku ingin sekali meninggalkan kota ini, meninggalkan keramaian Kota Jakarta. Kota ini begitu ramai dan padat, tapi di sisi lain kau seolah merasa sendirian di tengah kota yang penuh dengan hiruk pikuk ini. Terkadang kau akan merasa begitu asing dengan suasana yang diciptakan kota ini.
***
Setelah terbebas dari kemacetan, tiba-tiba aku merasa tidak ingin segera pulang ke kontrakan.“Aku akan mampir ke kafe dekat sini saja,” pikirku.
Kuberhentikan sepeda motorku di sebuah kafe. Sebuah kafe asing yang belum pernah kukunjungi sebelumnya. Aku tak peduli, yang penting aku bisa menghabiskan beberapa saat dengan secangkir kopi.
***
Tidak terasa sudah 3 tahun berlalu sejak wisuda. Dan ini adalah pertama kalinya ada kabar tentang teman kuliahku yang akan menikah. Mungkin ini memang sudah masanya teman-temanku akan mulai menikah satu per satu. Aku yang sekarang bahkan tidak punya gambaran tentang seperti apa pernikahan itu. Jangankan punya gambaran, memikirkan soal pernikahan saja aku tidak pernah. Selain memang tidak ada calonnya, memikirkan tentang pernikahan membuatku sakit kepala.Aku sudah tidak pernah bertemu lagi dengan Risa jauh sebelum wisuda. Kontaknya masih tersimpan rapi di nomorku, meskipun telah berulang kali aku berganti-ganti ponsel. Hanya saja dia tidak pernah menghubungiku lagi. Aku juga tidak lagi punya keberanian untuk sekedar mengirim pesan padanya. Dan tahu-tahu dia sekarang sudah mau menikah. Lucu sekali. Setidaknya aku ingin bertemu dengannya sekali saja sebelum dia menikah. Tapi, aku tidak tahu apa aku masih punya keberanian untuk melihat wajahnya lagi.
***
Saat ini, aku tidak tahu apa-apa tentang dia setelah kami lulus kuliah. Di mana dia sekarang atau apa pekerjaannya saat ini, aku sama sekali tidak tahu.Tidak...
Sejak dulu, aku memang tidak mengetahui apapun tentang Risa...
(bersambung)
Comments
Post a Comment