“Kak! Kak! Halooo~ Kulo nuwun~ Permisi~ Kak! Kak! Bangun, kak!”
“Ah iya, dek!!!”
Astaga... Bisa-bisanya aku ketiduran di tempat seperti
ini.
Malu banget rasanya... ya ampun.
“Kak, udah bangun?”
“Iya, udah dek. Mau daftar ekstrakurikuler Jepang,
ya?” tanyaku dalam keadaan masih setengah sadar.
“Iya. Aku udah dari tadi di sini. Tapi, kakaknya
nggak bangun-bangun dari tadi.”
Suaranya terdengar seperti sedang menahan tawa.
“Aduh maaf, ya. Habis begadang sampai jam 3, jadi
ngantuk banget. Ini formulirnya, diisi dulu, ya.”
“Oke, kak. Langsung kuiisi di sini aja deh.”
Aku hendak meminjaminya pulpen, tapi ternyata dia
sudah punya. Tampaknya dia anak yang cukup rajin.
***
Kupandangi anak ini baik-baik. Perempuan yang
cantik. Rambutnya hitam panjang, sedikit di bawah bahu. Kulitnya putih cenderung
pucat. Tubuhnya langsing dan tinggi. Kira-kira lebih dari 160 cm.
“Kamu kelas
1?”
“Bukan, aku kelas 2.”
“Loh, berarti kita sama dong. Nggak usah panggil
kakak kalo gitu. Panggil aja Alfa.”
“Ooohh, kukira tadi anak kelas 3.”
“Haaah~ anak kelas 3 payah. Mentang-mentah udah
kelas 3, mereka lepas tangan dan nyerahin semuanya ke kelas 2. Akhirnya kami
yang pontang-panting,” keluhku sedikit kesal.
“Hahaha, emang udah nasibnya kelas 2.”
“Kuingat-ingat
aku nggak pernah liat kamu waktu kelas 1. Atau akunya aja yang kurang sosialisasi,” kataku
sambil menghela nafas.
“Haha, jelas aja nggak pernah lihat. Soalnya aku baru
pindah ke sini semester ini.“
“Oalah, pantesan.”
Pantas saja wajahnya terasa asing. Rupanya murid
pindahan
.
“Oh ya, komik ini boleh diambil kok. Dari tadi belum
banyak yang ngambil. Mungkin disangka dijual.”
“Wah, komik! Gratis nih?”
“Iya, gratis. Ya gara-gara komik ini aku begadang
dan sempat ketiduran tadi,” keluhku.
“Wah, kamu yang bikin? Hebat banget!”
“Biasa aja kok.”
Pujiannya itu tidak terlalu membuatku senang. Tapi,
aku merasa senang saat dia tersenyum ketika membaca karya yang kukerjakan
dengan sistem kebut semalam itu.
“Formulirnya udah selesai diisi?”
“Ahhh, belum belum. Tinggal sedikit lagi. Maaf, jadi
keasyikan baca komik. Sebentar kuiisi dulu.”
“Santai saja.”
“Selesai! Ini formulirnya.”
“Sip, formulirnya aku terima. Ekskulnya setiap hari
Jumat jam 13.00 di ruang bahasa. Diingat-ingat ya.”
“Okeee. Eh, ini nggak ada uang pendaftaran?”
“Oh, nggak ada kok. Cuma ada iuran 5 ribu rupiah tiap
minggunya.”
“Siap! Aku pergi dulu ya. Mau lihat-lihat booth ekstrakurikuler yang lain.”
Aku hanya mengangguk dan tersenyum kecil.
***
Tiba-tiba aku teringat sesuatu yang penting saat dia
sudah jauh.
“Kalo mau tanya-tanya, follow twitter kita @nihonkurabu
!”
Aku berteriak sekuat yang kubisa.
Anak itu hanya tersenyum sambil melambaikan tangan.
Dia pun segera menghilang dari pandanganku.
***
Hari ini baru ada 3 orang yang mendaftar. Mungkin ada
banyak yang ingin mendaftar saat aku ketiduran tadi.
Aku hanya bisa menggaruk-garuk rambutku yang
sebenarnya tidak gatal-gatal amat.
“Aahhh, aku lupa menanyakan namanya tadi.”
Kemudian, aku teringat pada formulir yang dia isi barusan.
Segera kuambil formulirnya dan kulihat nama yang
tertulis di sana.
Risa Kirana Andriani
“Nama yang bagus. Secantik orangnya.” pikirku.
(bersambung)
Comments
Post a Comment